KEBERKAHAN SHALAWAT UNTUK NABI SAW
KH. Hafidz Abdurrahman
Jika Allah SWT dan para malaikat saja bershalawat untuk Nabi saw. [Q.s. al-Ahzab: 56], untuk menghormati,
memuliakan dan mengagungkan manusia mulia, baginda Nabi Muhammad saw.
lalu siapa kita, jika kita bershalawat untuknya pun terasa berat? Karena
itu, Allah perintahkan kepada kita, agar kita bershalawat untuknya,
“Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu untuknya, dan
ucapkanlah salam pernghormatan kepadanya.” [Q.s. al-Ahzab: 56].
Andai saja kita tahu keberkahan shalawat untuk Nabi saw., pasti kita
tak akan pernah melewatkannya. Bagaimana tidak? Ketika para malaikat,
para Nabi, para kekasih Allah, orang yang benar dan salah, yang
menderita dan bahagia, saat Hari Kiamat kelak, semuanya berkata, “Demi
kehormatan dan kemuliaan Muhammad, selamatkan hamba ya Allah dari
adzab-Mu!” dan tak seorang pun di antara mereka yang bershalawat untuk
Nabi, kecuali hajatnya dipenuhi oleh Allah [al-Hafidz Ibn al-Jauzi,
Bustan al-Wa’idhin, hal. 405].
Maka, Nabi saw. pun menitahkan,
“Perbanyaklah shalawat untukku, karena aku akan memberikan syafaat
kepada kalian sebanyak shalawat (yang kalian baca) tersebut.” [al-Hafidz
Ibn al-Jauzi, Bustan al-Wa’idhin, hal. 405]. Dalam riwayat lain, Nabi
saw. menuturkan, “Siapa saja yang bershalawat untukku sekali, maka Allah
SWT akan bershalawat untuknya sebanyak sepuluh kali.” [H.r. Muslim].
Bahkan, banyak dan sedikitnya shalat akan menentukan kedudukan kita di
sisi Nabi saw. pada Hari Kiamat kelak, “Orang yang paling utama bagiku
kelak di Hari Kiamat adalah mereka yang paling banyak bershalawat
untukku.” [H.r. at-Tirmidzi].
Iya, begitulah kemuliaan yang
Allah berikan kepada manusia yang paling mulia di kolong langit dan bumi
itu. Namanya pun terpatri di kaki Arsy, “Siapa saja yang mendekatkan
diri kepada-Ku dengan kemuliaan Muhammad, maka Aku akan ampuni
dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih di tengah lautan.” [al-Hafidz Ibn
al-Jauzi, Bustan al-Wa’idhin, hal. 406]. Maka, siapapun yang mendekatkan
diri kepada Allah dengan bershalawat untuk Nabi saw. kemuliaan akan
diberikan kepadanya, bukan saja di akhirat, tetapi juga di dunia.
Ketika Abu Bakar as-Shiddiq duduk bersebelahan dengan Nabi saw.
tiba-tiba ada seorang pemuda Anshar datang. Nabi pun mempersilahkannya
duduk di antara dirinya dengan Abu Bakar ra. Nabi bertanya, “Apakah kamu
keberatan wahai Abu Bakar, jika aku menempatkan pemuda ini di antara
aku dan kamu?” Tanpa ragu, Abu Bakar pun menjawab, “Demi Allah, aku
merasa berat hati, jika ada orang lain yang menghalangiku dari dirimu,
ya Rasulullah.” Nabi saw. pun memberikan alasan, “Wahai Abu Bakar,
pemuda ini rajin bershalawat untukku, dengan shalawat yang tak pernah
diucapkan oleh siapapun dari umatku.” Abu Bakar bertambah heran, “Apa
shalawat yang dia ucapkan, ya Rasulullah?” Nabi saw. pun menjawab:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَنْ صَلَّى عَلَيْهِ، وَصَلِّ
عَلَى مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَيْهِ، وَصَلَّ عَلَى
مُحَمَّدٍ كَمَا أَمَرْتَ بِالصَّلاَةِ عَلَيْهِ، وَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
كَماَ تُحِبُّ أَنْ يُصَلَّى عَلَيْهِ، وَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا
يَنْبَغِيْ أَنْ يُصَلَّى عَلَيْهِ.
“Ya Allah, haturkanlah
shalawat untuk Muhammad sebanyak orang yang bershalawat untuknya.
Haturkanlah shalawat untuk Muhammad sebanyak orang yang tidak
bershalawat untuknya. Haturkanlah shalawat untuk Muhammad sebagaimana
Engkau titahkan bershalawat untuknya. Haturkanlah shalawat untuk
Muhammad sebagaimana Engkau berkenan baginda dishalawati. Haturkanlah
shalawat untuk Muhammad sebagaimana mestinya baginda dishalawati.”
[al-Hafidz Ibn al-Jauzi, Bustan al-Wa’idhin, hal. 409].
Bayangkan, betapa mulianya pemuda itu. Kemuliaan yang dia rengkuh di
antara Abu Bakar dan para sahabat mulia yang lain, karena shalawat yang
senantiasa dia haturkan untuk junjungan dan kekasihnya, Muhammad saw.
Begitulah, cara Allah memuliakan kita saat di dunia, melalui kemuliaan
Nabi-Nya.
Sampai-sampai suatu hari, seluruh sudut kota Madinah
dipenuhi para malaikat, karena shalawat seorang sahabat. Nabi pun
memanggilnya, seraya bertanya, “Kebaikan apa yang telah kamu lakukan
kemarin?” Dia menjawab, “Ya Rasulullah, semoga Allah senantiasa haturkan
shalawat untukmu. Kemarin itu hamba membaca shalawat ini:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ حَتَّى لاَ
يَبْقَى مِنَ الصَّلَوَاتِ شَيْءٌ، وَارْحَمْ مُحَمَّدًا وَآلَ مُحَمَّدٍ
حَتَّى لاَ يَبْقَى مِنَ الرَّحْمَاتِ شَيْءٌ.
“Ya Allah,
haturkanlah shalawat untuk Muhammad dan keluarga Muhammad hingga tak
tersisa lagi sedikit pun shalawat. Kasihilah Muhammad dan keluarga
Muhammad hingga tak tersisa lagi sedikit pun kasih sayang.” [al-Hafidz
Ibn al-Jauzi, Bustan al-Wa’idhin, hal. 414].
Begitulah
keberkahan shalawat untuk Nabi. Tidak saja, balasannya berlipat-lipat,
tetapi dari tiap shalawat yang dia ucapkan, Allah ciptakan satu
malaikat. Nabi menuturkan, “Siapa saja yang bershalawat untukku demi
mengagungkan hakku, maka Allah ciptakan dari ucapannya itu satu malaikat
yang satu sayapnya di timur, satu lagi di barat. Kedua kakinya tertanam
di dalam dasar bumi hingga lapisan ketujuh paling bawah, lehernya
melintang di bawah Arsy, dan Allah berfirman kepadanya, “Bershalawatlah
kamu kepada hamba-Ku sebagaimana dia bershalawat untuk Nabi-Ku,
Muhammad.” Malaikat itu pun bershalawat untuknya sampai Hari Kiamat.”
Dalam riwayat lain dituturkan, bahwa tiap orang Mukmin dan Mukminah yang
bershalawat untuk Nabi saw. akan dimintakan ampunan oleh malaikat
kepada Allah SWT, selama dia bershalawat. [al-Hafidz Ibn al-Jauzi,
Bustan al-Wa’idhin, hal. 414 dan 420].
Maka, Nabi saw. bersabda,
“Sesungguhnya tiap majelis mempunyai tiang (pasak), yang di atasnya
duduk para malaikat. Jika mereka yang hadir dan duduk di dalamnya
menyebut Asma Allah, majelis itu pun akan penuh dengan malaikat dari
telapak kaki mereka hingga ke langit. Malaikat-malaikat itu pun membawa
kertas dari perak, dan pena dari emas. Mereka mencatat jumlah shalawat
untuk Nabi saw. sambil berkata, “Perbanyaklah shalawat, semoga kalian
diberi curahan kasih sayang Allah.” Jika mereka dzikir, maka pintu surga
akan terbuka untuk mereka. Doa pun dikabulkan. Para bidadari akan
melihat ke arah mereka. Allah pun akan menemui mereka dengan wajah-Nya
yang Mulia, selama mereka tidak mengucapkan kalimat lain, dari belum
berpisah dari majelis tersebut.” [H.r. Ahmad]
Karena itu,
shalawat tidak hanya dibalas dengan shalawat oleh Allah dan malaikat.
Shalawat juga menjadi tanda perkenalan kita dengan kekasih kita,
Muhammad saw. Shalawat juga menjadi kunci kita tuk meraih syafaat
baginda saw. saat kita tak berdaya di hadapan-Nya. Shalawat juga menjadi
kunci kita tuk meraih keselamatan dari petaka Hari Kiamat. Bahkan,
tempat yang diberkahi oleh-Nya, adalah tempat yang paling banyak kita
gunakan bershalawat.
Allah SWT pun memilihkan kita hari yang
paling mulia, yaitu Sayyidu al-Ayyam (penghulu hari), hari Jum’at,
sebagai hari dimana ketika kita bershalawat untuknya, maka dosa-dosa
kita pun mendapatkan ampunan dari-Nya. Simaklah sabda Nabi, “Siapa saja
yang bershalawat untukku di hari Jum’at sebanyak seratus kali, maka
Allah akan ampuni dosanya selama delapan puluh tahun.” [al-Hafidz Ibn
al-Jauzi, Bustan al-Wa’idhin, hal. 414 dan 406].
Begitulah
mulianya Rasululullah, Muhammad saw. Begitulah mulianya bershalawat
untuknya. Begitu pula, Allah, malaikat dan Rasul-Nya memuliakan
orang-orang yang bershalawat untuknya, terutama di hari Jum’at.
Mari kita perbanyak shalawat untuknya. Semoga shalawat kita mengantarkan
kita bertaut dengan baginda, mendapatkan kebaikan di dunia, dan syafaat
di Hari Kiamat.
اللهم صل وسلم وبارك عليه وعلى آله..
Amin.
Blogger Comment
Facebook Comment