Inspirasi Ulama | UHIBBUKA FILLAAH...


UHIBBUKA FILLAAH...

Di nyaris 80 tahun umurnya, menempuh 20 km jauhnya, di suhu udara pagi yang dingin luar biasa, dibonceng naik motor pula, ternyata 'sekedar' untuk memperoleh penjelasan '1 paragraf pendek' yang berisi 3 baris saja…!
Inspirasi Ulama | UHIBBUKA FILLAAH...
Inspirasi Ulama | UHIBBUKA FILLAAH...

Ahad pagi selepas Subuh, dalam cuaca dingin yang menggigit, saya ditelpon Kyai Muri:

"Assalamu'alaikum, Ustadz..."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh... Ada yang bisa saya bantu, Kyai...?"
"Begini Ustadz... Sekiranya tidak mengganggu waktu Ustadz, saya akan sowan ke Ustadz pagi ini..."

"Oh, dengan segala senang hati Kyai... Saya juga sudah kangen sekali dengan Kyai..."
"Demikian pula saya, Ustadz... Ini ada satu paragraf atau tiga baris dari kutayyib yang Ustadz bahas tempo hari, yang belum saya fahami..."

"Baik, silakan Kyai..."

Setelah mengucap dan berbalas salam, Kyai Muri menutup telponnya. Dari segi usia, beliau seangkatan dengan ayah saya. Lahir tahun 1935, sekarang sudah 79 tahun usianya… Yach, umur boleh tua, tetapi sulit menemukan orang yang bisa menandingi semangat dan gerak da'wahnya...!

Dari tempat tinggal Kyai Muri ke rumah saya 20 km jaraknya. Dan sepeninggal Pak Ebo, kalau Kyai Muri mengunjungi saya, biasanya beliau dibonceng dengan motor oleh Ustadz Ismu, atau kadang diantar Kyai Muhsin, atau sesekali dengan Kyai Sa'adi...

Kali ini beliau memiliki keperluan da'wah yang beliau pandang penting dan mendesak sekali, hingga menemui saya pagi-pagi...


Cobalah membayangkannya…

Di nyaris 80 tahun umurnya, menempuh 20 km jauhnya, di suhu udara pagi yang dingin luar biasa, dibonceng naik motor pula, ternyata 'sekedar' untuk memperoleh penjelasan '1 paragraf pendek' yang berisi 3 baris saja…!


Rupanya nanti malam beliau akan menyampaikan materi kutayyib itu kepada para warga Kajian Islam yang beliau bina…


Sekitar 40 menit berselang, Kyai Muri sampai ke rumah saya. Saya terkejut saat membukakan pintu untuknya…

Beliau sedang tidak bersama dengan Ustadz Ismu, atau Kyai Muhsin, maupun Kyai Sa'adi… Tak seorang pun dari mereka menemani… Beliau datang ke sini mengendarai motor seorang diri…! Di tengah terpaan angin dingin yang terasa menusuk-nusuk tulang dan sendi…!!

"Pakaian pun sudah 'rangkap tiga' ini, Ustadz…" kata Kyai Muri sambil tersenyum tertahan. Sementara kedua telapak tangannya diusap-usapkan ke jaket yang beliau kenakan…

Saya terpaku memandangi wajah beliau yang tampak pucat melawan deraan hawa kebekuan… Kedua tangannya tak sanggup menahan guncangan-guncangan badannya yang menggigil kedinginan…

Ya Allah… Aku tak mampu berkata-kata lagi… Hanya air mataku yang mulai menggenang dan bergulir ke pipi…

Segera kuhampiri Kyai Muri, lalu kuraih dan kupeluk erat tubuh renta itu dengan sepenuh hati…

"Uhibbuka fiLLAAH, yaa Abati…"

Kuungkapkan rasa cintaku –karena Allah– kepada 'pejuang tangguh' yang sudah kuanggap seperti ayahku sendiri…

Dan biarlah air mataku menjadi saksi di hadapan Allah nanti, akan kesungguhan dan kegigihannya berjuang di jalan da'wah ini…

KH. Kamil Abdullah Jember
Share on Google Plus

About Dwi Sulistiyo Nugroho

    Blogger Comment
    Facebook Comment